Mengamankan air bersih Jakarta dari perubahan iklim Katriana

20240511_101747.jpg.webp

Perubahan iklim berdampak besar terhadap pelayanan air minum di Indonesia.

Jakarta (ANTARA) – Perubahan iklim semakin memberikan dampak nyata terhadap kehidupan manusia. Sejak 1 Januari hingga 1 Mei tahun ini saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 700 bencana alam terjadi di Indonesia.

Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi, dengan 485 banjir tercatat pada tahun ini. Bencana lainnya adalah cuaca ekstrem sebanyak 139 kali, tanah longsor sebanyak 58 kali, dan kebakaran hutan dan lahan sebanyak 39 kali akibat kekeringan.

Khususnya bagi warga Jakarta, hujan deras dapat memberikan dampak yang luar biasa terhadap lingkungannya.

Letak geografisnya yang berada di dataran rendah antara hulu sungai dan pesisir pantai membuat Jakarta semakin rentan terhadap banjir.

Sementara itu, musim kemarau yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada awal Mei hingga Agustus 2024 juga dapat menimbulkan sejumlah dampak yang tidak dapat dihindari, seperti cuaca panas dan kekeringan. Hal ini juga dapat menyebabkan kelangkaan air.

Perubahan iklim dapat menimbulkan konsekuensi yang besar, terutama dalam hal ketersediaan sumber air bersih yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, menurut Subekti, Direktur Eksekutif Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia (PERPAMSI), pada 9 Mei.

“Perubahan iklim berdampak besar terhadap pelayanan air minum di Indonesia,” ujarnya.

Perubahan iklim mengganggu pola hidrologi sehingga musim kemarau dan hujan tidak lagi teratur seperti sebelumnya, tambahnya.

“Biasanya di bulan Maret hujan sudah tidak turun lagi karena sudah memasuki musim kemarau. Namun sebaran hujan masih terjadi pada periode tersebut. Jadi polanya berubah,” kata dia.

Perubahan pola hidrologi, kata dia, sangat mempengaruhi pelayanan air bersih di Indonesia karena banjir menyebabkan kelebihan air sehingga sulit dilakukan penjernihan air.

Subekti mengatakan, curah hujan yang terlalu banyak menyebabkan air menjadi terlalu keruh.

“Jika air terlalu keruh akan sangat sulit diolah menjadi air bersih karena mengharuskan perusahaan menggunakan banyak bahan kimia,” jelasnya.

Sementara itu, musim kemarau ekstrem akibat perubahan iklim juga dapat menyebabkan kekeringan yang pada gilirannya dapat memicu kelangkaan air. Kelangkaan air seperti ini tentu sangat mempengaruhi penyediaan air bersih bagi warga.

“Jakarta sendiri mempunyai instalasi (pengolahan air) yang menghasilkan 500 liter air per detik di hutan kota. Namun kekeringan menyebabkan air laut masuk, terjadi intrusi air laut. Intrusi ini menyebabkan instalasi tidak dapat beroperasi selama hampir dua bulan. ,” dia berkata.

“Jadi, dampak perubahan iklim sangat terasa khususnya terhadap layanan air minum,” imbuhnya.

Upaya Penanganan

Menurut Subekti, ada sejumlah waduk dan sungai yang menjadi sumber air bersih bagi warga Jakarta. Waduk dan sungai tersebut antara lain Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Sungai Cisadane di Serpong, dan beberapa sumber dari wilayah Jakarta sendiri.

Meski begitu, kebutuhan air bersih di Jakarta masih cukup tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduknya, ujarnya.

Untuk mengatasi keterbatasan pasokan air baku, diperlukan beberapa upaya, antara lain peningkatan kapasitas air melalui pembangunan bendungan, tanggul, dan lain sebagainya, tambahnya.

Untuk mengatasi banjir pada musim hujan dan kelangkaan air pada musim kemarau, Pemprov DKI Jakarta berencana membangun 12 waduk, danau, dan kolam pada tahun 2024, berdasarkan data dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.

Delapan dari 12 rencana tersebut merupakan kelanjutan dari pengembangan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Ke-12 waduk tersebut antara lain Waduk Kampung Rawa Malang, Waduk Marunda, Waduk Kali Cipinang di Desa Dukuh, Waduk di Jalan Penganten Ali 3, dan Waduk di Jalan H Dogol.

Berikutnya Waduk Kompleks Puspalad di Cakung Barat, Waduk Bau Bangkong, Waduk di Cipayung, dan RTH Kampung Dukuh. Lalu ada pula Waduk Pekayon, Waduk Jalan Kaja II, Waduk Pemuda, dan Waduk SD 01 Pesanggrahan.

Selain itu, sebanyak 147 waduk, kolam, embung, dan empang telah dibangun di Jakarta.

Selain membangun waduk untuk meningkatkan kapasitas air, langkah lain yang perlu dilakukan untuk meningkatkan cadangan air baku adalah menjajaki alternatif lain, termasuk mengolah air limbah.

“Jika air sungai tercemar oleh limbah, misalnya limbah domestik, maka tidak bisa diolah karena tidak memenuhi baku mutu air minum. Oleh karena itu, pengolahan air limbah harus dilakukan secara masif,” jelasnya.

Sementara itu, untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi warga Jakarta, Pemprov DKI juga menekankan pentingnya menghentikan penggunaan air tanah di wilayah tersebut.

Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan air bersih bagi JakWarga arta khususnya di Jakarta Utara dilarang karena di kawasan tersebut kondisi air tanah sudah tidak layak lagi dan masuk kategori berbahaya.

Larangan tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 93 Tahun 2021 tentang Kawasan Bebas Air Tanah.

Pasal 2 beleid tersebut memuat sejumlah kriteria dan sasaran kawasan bebas air tanah yang diterapkan mulai 1 Agustus 2023.

Pembatasan tersebut salah satu penyebabnya adalah kualitas air tanah yang semakin buruk karena pembuatan sumur bor dekat dengan jamban dan padatnya penduduk di wilayah tersebut membuat air tanah terkontaminasi bakteri dan polutan.

Untuk mengatasi masalah ini, Pemprov DKI mendorong Perusahaan Daerah Air Minum PAM Jaya untuk memasang pipa guna memenuhi kebutuhan air bersih warga.

Plt Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono membenarkan pemasangan jaringan pipa di kawasan Kamal Muara tidak dipungut biaya. Ia juga meminta warga memanfaatkan dan menjaga air dari PAM Jaya dengan bijak.

Sejauh ini, sistem perpipaan yang dibangun PAM Jaya sudah terpasang dari Tangerang hingga Bekasi dan dari Marunda Kepu hingga perbatasan Tangerang.

Sementara itu, Direktur Pelayanan PAM Jaya Syahrul Hasan mengatakan, pihaknya kini kembali fokus menyediakan dan melayani kebutuhan air minum warga secara langsung, yang sebelumnya dikerjakan oleh mitra swasta yakni Aetra dan Palyja.

PAM Jaya baru-baru ini memulai proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk mencapai target 100 persen cakupan air minum perpipaan di Jakarta pada tahun 2030.

Air bersih sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan bersama masyarakat harus berupaya menjamin ketersediaan dan kelestariannya guna menjamin pembangunan Indonesia di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top